Dukungan kepada para penyandang kanker sangat dibutuhkan. Suatu penelitian menyebut penyandang kanker yang hidup terisolasi tanpa dukungan keluarga dan kerabat lebih cepat meninggal. Karena itulah media sosial untuk penyandang kanker dibuat.
Dikutip dari Sidney Morning Herald, Selasa (29/1/2013), penelitian terbaru pada 240 wanita menunjukkan 34 persen wanita penyandang kanker payudara yang hidup terisolasi lebih cepat meninggal dunia, dibanding rekan mereka yang hidup dengan dukungan dari keluarga dan teman-teman.
Adalah Dewan Kanker Australia yang membuat media sosial khusus untuk para penyandang kanker. Situs berdomain cancer.im ini akan diluncurkan pada 15 Februari mendatang. Proses pembuatan situs ini memakan waktu tujuh tahun.
Situs ini dirancang khusus untuk menghubungkan pasien kanker di seluruh dunia seperti halnya Facebook. Dalam situs terdapat menu yang membantu pasien mengatur pola makan, pola latihan, pola keuangan, berbagi cerita, dan informasi mengenai berbagai jenis kanker.
Salah satu pendiri situs ini, Dr. Kevin Buckman, mengatakan media ini ditujukan sebagai sarana untuk menghubungkan tiap pasien di seluruh dunia. Dukungan sosial, psikologis, dan kesehatan merupakan hal yang sangat penting, namun sayangnya daya manusia untuk menjalankan pelayanan pada web ini masih kurang diberdayakan.
Keberadaan situs tersebut tentu disambut baik pasien kanker. Bev Fink (65), misalnya, yang saat ini sedang dalam masa penyembuhan kanker rahim.
"Semua orang mengatakan semua akan baik-baik saja. Tapi bila mereka belum pernah merasakannya sendiri, bagaimana mereka tahu," kata Fink.
"Aku ingin bicara dengan mereka bagaimana mereka melewati penyakitnya. Dengan terhubung dengan yang lain, kita akan tahu bahwa kita tidak sendirian," sambungnya.
Menurut Dr Buckman, rasa ingin membantu merupakan alasan media sosial ini dibuat. "Dengan adanya cancer.im mereka akan memiliki harapan dan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan mendapat kesempatan untuk hidup lebih baik," katanya.
Melalui situs ini pasien kanker juga bisa menceritakan kondisinya kepada teman, keluarga, serta teman baru yang mengunjungi webnya. Dengan begitu jeritan hati para pasien kanker bisa didengar dan perasaannya bisa dimengerti.
Sebelumnya, New York Times melaporkan penyandang kanker, Suleika Jaouad, pernah menulis keinginannya untuk mengakhiri hidup. Keinginan itu muncul setelah mendengar diagnosa dokter atas penyakitnya.
"Diriku seperti terasing," kata Jaouad.
"Sangat sulit untuk menjalin pertemanan dengan teman-teman, pekerjaan baru, dan mencoba petualangan baru. Aku rindu teman-temanku," lanjutnya.
Setelah beberapa waktu Jaouad mulai menuliskan kondisinya di Facebook. Dia menulis apa yang sedang dialaminya. Kemudian Jaouad mengupload sebuah foto yang memperlihatkan dirinya mengenakan scarf merah muda di kepala.
"Selanjutnya, fotoku dengan topi biru dengan rambut panjangku yang mulai hilang. Lalu fotoku yang hampir botak, hanya dengan sehelai rambut yang muncul layaknya seorang bayi. Aku resmi terkena kanker," tutur Jaouad.
Keberadaan situs cancer.im membuat Jaouad lebih bahagia. Dia mengaku suka mendengarkan cerita dari pasien kanker lainnya. Dengan berbagi cerita, Jaouad dan teman-temannya bisa saling memberikan perhatian.
Sementara itu Direktur Pelayanan dan Informasi di Dewan Kanker Australia, Gill Batt, mengatakan media seperti Facebook adalah cara efektif yang bisa menjaga interaksi banyak pasien di mana pun mereka berada. Apalagi kerap kali para pasien terbangun pada dini hari dan merasa sedih karena tidak ada orang yang bisa diajak berbicara.
"Bila mereka mengunjungi web ini, akan ada banyak orang yang memiliki pengalaman yang sama dan memberikan dukungan satu sama lain. Hal ini seperti sistem dukungan yang saling menguntungkan," lanjut Batt.
Seperti situs media sosial pada umumnya, web ini menyediakan layanan dukungan sosial dan kumpulan berbagai informasi. Dengan memiliki banyak teman, para pasien diharapkan akan lebih bersemangat.