(Foto: thinkstock) |
Jakarta, Selama ini tato terdapat di badan yang merupakan sebagai salah satu bentuk seni. Tapi peneliti menemukan tato yang dibuat di gigi untuk mendeteksi infeksi dari bakteri.
Peneliti mengembangkan sistem ultra sensitif sebagai bentuk peringatan dini untuk penyakit melalui graphene. Sensor kecil yang dibuat dari graphene ini bisa di tato di gigi.
Dalam studi ini, peneliti melakukan tes dengan menggunakan siswa yang diminta bernapas ke sensor yang sudah ditanamkan di gigi, sensor ini akan mengambil molekul bakteri yang terdapat di napasnya.
Michael McAlpine dan tim dari Princeton yang mengembangkan tato gigi ini percaya bahwa sensor yang dibuatnya bisa digunakan untuk menentukan apakah luka sudah terinfeksi atau belum.
"Atau bisa juga digunakan di rumah sakit untuk pasien yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah dan sangat rentan terhadap bakteri," ujar McAlpine, seperti dikutip dari MedIndia, Senin (9/4/2012).
Para ilmuwan menciptakan sensor kimia kecil dengan graphene, lapisan ini sangat lengket dan memiliki permukaan yang super sensitif, kemudian ditanam peptida (urutan dari asam amino) ke permukan graphene.
McAlpine dan tim telah menunjukkan bahwa sensor yang ditanam di gigi ini bisa mendeteksi bakteri secara individual dan saat ini tengah berencana untuk mendapatkan lisensi serta mengkomersialkannya.
Jika infeksi bakteri ini diketahui lebih dini, maka bisa segera diatasi dan menghindari komplikasi yang lebih buruk. Hal ini karena kesehatan mulut yang buruk telah dikaitkan dengan perkembangan infeksi pada bagian tubuh yang lain.
Beberapa cara bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan gigi dan penyakit gusi yaitu mengonsumsi makanan seimbang, periksa ke dokter gigi secara teratur, menyikat gigi minimal 2 kali sehari, flossing sekali shari serta menggunakan obat kumur antibakteri untuk membantu mengurangi bakteri di mulut.